Terong, sebuah kalurahan di Kecamatan Dlingo, Bantul, memiliki lokasi strategis di jalur utama Patuk-Dlingo. Kalurahan ini berada di ketinggian $\pm 325-350$ meter di atas permukaan laut, menawarkan udara sejuk dan menjadi rumah bagi salah satu destinasi wisata hits yang dikenal dengan pemandangan malamnya. Terong adalah contoh desa yang berhasil mengelola potensi hutan rakyat menjadi pariwisata sekaligus menjaga konservasi lingkungan.
Pinus Pengger: Pemandangan City Light dari Ketinggian
Ikon wisata paling terkenal di Terong adalah Hutan Pinus Pengger di Padukuhan Sendangsari. Tempat ini menjadi sangat populer karena menawarkan pemandangan spektakuler.
- Wisata Malam: Pinus Pengger menyuguhkan keindahan langit Jogja malam hari yang dipenuhi gemerlap lampu kota (city light), yang dilihat dari sela-sela ranting pohon pinus. Pengelola menghadirkan beragam spot selfie unik dari ranting pohon.
- Akses: Pinus Pengger merupakan bagian dari rangkaian hutan pinus di Dlingo, seperti Mangunan dan Becici.
Tongseng Mbok Sar: Kuliner Khas di Jalur Utama
Terong, yang berada di jalur ramai Patuk-Dlingo, menjadi spot persinggahan yang nyaman bagi wisatawan yang bergerak dari atau menuju Gunungkidul dan Bantul Selatan.
- Sate dan Tongseng: Warung Sate dan Tongseng Mbok Sar di Pancuran menjadi alternatif kuliner khas daerah tersebut. Mbok Sar menyajikan tongseng kambing dengan rasa yang khas dan harga yang terjangkau. Faktanya, warung ini banyak dikunjungi pendatang yang melewati jalur ini.
- Harga Merakyat: Kuliner di kawasan ini dikenal dengan harga yang relatif murah dan tidak aji mumpung.
Konservasi Hutan Rakyat Jasema
Masyarakat Desa Terong memiliki kesadaran tinggi terhadap konservasi lingkungan, terutama pasca-bencana dan isu perubahan iklim.
- KTH Jasema: Masyarakat tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunda Tebang “Jasema”. Mereka aktif dalam kegiatan mitigasi perubahan iklim, termasuk penanaman pohon jati dan durian secara swadaya di hutan rakyat seluas 312,32 hektar.
- Sistem Tebang Butuh: Saya merasa, sistem tebang butuh (menebang hanya saat dibutuhkan) yang diterapkan KTH Jasema adalah model pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Akses dan Nilai Budaya
Terong memiliki persimpangan utama menuju Imogiri, Pleret, dan Patuk (Gunungkidul). Masyarakatnya sebagian besar terafiliasi pada organisasi keagamaan (Muhammadiyah) dan memiliki kesenian tradisional seperti Wayang Kulit dan Tembang Macapat (Sanggar Jaya Diyana).
Saya menyarankan sobat jalan-jalan untuk mengunjungi Pinus Pengger menjelang malam hari untuk menyaksikan city light yang memukau. Nikmati Tongseng Kambing Mbok Sar sebelum atau sesudah kunjungan. Terong adalah perpaduan unik antara eco-tourism yang didukung konservasi dan kuliner yang menghangatkan di tengah udara dingin perbukitan.